Namaku Rahman. Santri di sebuah pondok pesantren yang cukup
terkenal di daerah jawa timur. Sudah sekitar 12 tahun aku menjadi santri
dipondok ini. Jenjang pendidikan S1 sudah kutempuh. Kini ku mengabdikan diriku
menjadi pengurus atau asatidz di salah satu asrama di pondok pesantren ini.
Sebagai santri
hidupku layaknya santri kebanyakan yang terjadwal rapi, pagi dimulai dengan
sholat subuh lalu mengaji kepada pengasuh lantas dilanjutkan dengan kegiatan
sehari-hari dan ditutup dengan sholat isya’ pada malam hari. Itulah
keseharianku selama menjadi santri selama 12 tahun. Hingga suatu hari terdengar
kabar bahwa akan ada santri baru yang berasal dari Jakarta bernama Jack.
Dari cerita yang
beredar Jack adalah korban pergaulan bebas di Jakarta. Dia kecanduan miras dan
narkoba, akhirnya orang tuanya yang kelimpungan menghadapi tingkah laku Jack
memutuskan untuk memondokkan Jack
--
Dihari kedatangan
Jack, pengasuh memanggilku untuk menghadap beliau. Akhirnya akupun sowan ke
dalhem beliau lantas beliau berdawuh. “tolong didik Jack dengan baik nak
Rahman, tanamkan ideologi mondok untuk mengaji dan membina akhlak kepadanya”
“baik kiai” jawabku takdzim.
Setelah itu akupun pamit kembali ke asrama bersama Jack yang kini
ditanggungkan kepadaku.
Di asrama aku
segera memberi tahu Jack tentang seluruh kegiatan wajib pondok dan
kebiasaan-kebiasaan santri, selama aku menjelaskan dia tak banyak berkomentar
lebih sering mengangguk paham.
Dari perawakannya
jack bisa dibilang rupawan yang juga ditambah dengan postur tubuh tinggi
menjulang cukup untuknya menjadi seorang primadona, tapi sayang sikapnya yang
dingin dan cenderung apatis membuatnya tak memiliki banyak teman.
--
Sudah seminggu
sejak Jack nyantri di pondok ini, dari gelahgatnya dia memiliki kemauan untuk
berubah, tapi dia masih sering bertindak nakal dengan tidak mengikuti kegiatan
wajib pesantren serta sering melalaikan sholat. Untungnya para asatidz dengan
senang hati membantuku mengurus Jack dengan baik.
--
Sudah 2 bulan
sejak kedatangan Jack. Semua berjalan lancar. Hingga suatu malam jack mengamuk
dengan sebuah botol miras dalam genggaman. Para pengurus kelimpungan
menghadapinya. Setiap ada pengurus yang mendekat ia mengacungkan botol itu
kepada pengurus itu hingga pengurus tak ada yang berani mendekat. Melihat hal
tersebut akupun naik pitam, dengan segera aku menyuruh 2 orang pengurus untuk
mengalihkan perhatian Jack. Tak lama berselang saat Jack sibuk meladeni 2 orang
pengurus yang aku suruh, aku mundur beberapa langkah mengambil ancang-ancang
lalu dalam sekejap aku berlari kedepan dan bruk..... tubuh Jack terpental
terkena terjanganku. Jack pun tak sadarkan diri.
--
Mendengar
kericuhan yang terjadi, bapak pengasuh pun menanyai beberapa pengurus lalu
beliau memanggilku, dengan sedikit kikuk aku pun menghadap beliau. Tak lama
sampai beliau langsung mencecarkan beberpa pertanyaan
“siapa yang menyuruhmu bertindak kasar?
Aku hanya menunduk, merasa salah atas keputusan yang telah aku
lakukan
“dia, dititipkan disini untuk dididik, jadi lebih baik, bukan jadi
bantam buat latihan silat. Jack juga manusia, mau ditaruh dimana nama baik
pondok pesantren ini?” ucap beliau
Akupun semakin menunduk, merasa sangat besalah, menyesali
keputusanku menghajar Jack hingga babak belur kala itu.
“sudah, kali ini jangan sampai terulang lagi, untung masalah ini
dapat diselesaikan secara kekeluargaan” beliau =berhenti sejenak lalu lanjut
berucap “ingat, jangan pernah menilai orang dari penampilannya,hanya tuhan yang
tau derajat seorang dihadapannya, bisa jadi ia lebih mulia daripada dirimu.
Camkan itu, sekarang kembali ke asramamu, urus para santri”
Mendengar itu akupun pamit, lalu kembali pergi ke asrama dengan
hati yang masih sedikit merasa bersalah walau bapak pengasuh sudah memaafkan.
--
Setelah kejadian
mengamuknya Jack, para asatidz pun berkumpul merembukkan masa depan Jack.
Banyak yang mulai sinis terhadap Jack. Ada yang mengoloknya sebagai manusia
gagal, manusia rusak, atau ejekan lainnya. Sungguh keterlaluan. Setelah
perdebatan panjang, akhirnya hanya segelintir asatidz yang dengan ikhlas masih
mau mengurus Jack. Akhirnya kami pun memutuskan untuk memperketat penjagaan
terhadap jack dan mengintenskan pembelajarannya.
--
Hari demi hari
berlalu, jack menunjukkan rogres yang baik walu tidak terlalu pesat. Dari yang dulunya
tak tahu sama sekali baca dan tulis al-quran kini ia sudah mulai mampu
melafalkan al-quran dengan baik dan benar. Dari yang awalnya tak tahu sama
sekali tentang huruh hijaiyah kini sudah mampu menuliskannya dengan baik walu
masih sedikit jelek atau tak mampu terbaca. Aku dan rekan rekan pengurus yang
lain pun merasa senang atas progres yang berhasil tercapai, tapi sayang Jack
masih bersifat apatis terhadap yang lain.
Sering terngiang
olok-olok dari teman-teman yang mengejekku yang masih keukeuh untuk
tetap mengajari Jack dan membuatnya menjadi jadi lebih baik.
--
2 bulan berlalu,
hingga suatu malam sebuah kejadian luar biasa menyadarkanku. Dimalam yang
dirundung hujan lebat. Jam menunjukkan pukul 4.30 artinya sebentar lagi adzan
subuh berumandang. Akupun segera bersiap-siap untuk sholat berjamaah di masjid.
Tak berapa lama berselang adazan subuh pun terdengar. Akupun pergi menerobos
hujan menuju masjid dengan sejadah kujadikan sebagai tadah hujan.
Sesampainya di
masjid ternyata aku sudah terlewat satu rakaat, dan alangkah terkejutnya aku
Jack lah yang menjadi imam sholat subuh itu. Sempat perasaan ragu dalam hati
muncul, apakah ia pantas menjadi imam sholatku? Maka aku pun berhusnudzan dan
segera bertakbiratul ikhram.
Tak berapa lama
berselang di tengah riuh suara guyuran hujan, suara Jack yang membaca surat
al-fatihah membuat hatiku bergetar, sungguh pelafalannya sangat indah. Membuat
yang mendengar merasa tentram. Tak selesai sampai disitu, setelah membaca surat
al-fatihah Jack pun melantunkan surat al-mulk, subhanalah sejak kapan ia hafal
surat yang berisi 30 ayat ini, tak hanya sampai disitu, ia juga melantunkannya
dengan sangat indah hingga tak terasa air mata menetes dari pelupuk mataku,
subhanallah. Sungguh indah karuniamu ya Allah.
Setelah menyelesaikan
bacaan surat al-mulk Jack pun rukuk yang diikuti i’tidal lantas dilanjutkan
dengan sujud, lalu bangkit untuk duduk diantara dua sujud, waktu itu akupun
mendengar suaranya yang terbatuk-batuk, setelah itu Jack pun sujud. Entah
kenapa sujud kali ini terasa lama, akupun masih berkonsentrasi dalam sujudku
hingga suatu suara menyadarkan kami. Innalillahi wainnalillahi rojiun seketika seluruh imam beserta diriku pun
mendekat memeluk tubuh Jack yang kini sudah menjadi kaku. Ia telah dipanggil
dalam sujudnya. Sungguh indah. Maka segera setelah hujan reda seluruh santri
dikumpulkan guna menyalati jenazah Jack, tak disangka, ribuan masyarakat hadir,
berduka atas meniggalnya Jack. Sungguh skenario-Nya memang sungguh indah dan
tak pernah kaliru, sejak saat itu akupun tak pernah memandang orang dari
tampilannya. Wallahua’lam
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.