Meskipun hanya menempati posisi ke empat, geliat industri kopi dari produsen kopi hingga warung kopi sedang menggeliat akhir-akhir ini. Bermacam fenomena yang terjadi dibungkus secara kreatif oleh pengusaha industri kopi sebagai momen dan daya levitasi penjualanm produk mereka. Hal ini selaras dengan data yang di terbitkan oleh perusahaan order makanan daring yang menyebutkan permintaaan pemesanan kopi mendapatkan kenaikan yang signifikan.
Dari fenomena tersebut kita bisa menarik kesimpulan, kopi memang telah menyatukan bangsa kita di situasi yang sedang tak menentu ini. Kopi mampu menjadi crowd control yang meminimalisir konflik. Pembicaraan yang tegang bisa cair dengan secangkir kopi. Beruntungnya para pengusaha muda mampu melihat peluang ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Lebih jauh lagi, cita rasa kopi nusantara yang bermacam-macam juga turut diapresiasi. Ini terbukti dengan diadakannya bermacam festival kopi, sebut saja festival kopi Ijen dan bermacam festival serta even lainnya.
Sejauh ini, kopi telah banyak berkontribusi menjadi pengatur keramaian yang baik. Sering ide-ide brilian muncul saat kita sedang santai ngopi. Maka pantas lah jika kita juga menyebut kopi turut berpartisipasi mencerdaskan generasi bangsa. Tak percaya, coba kita pergi ke Jogya, bisa dengan mudah kita temui mahasiswa berdiskusi sambil ngopi. Ini adalagh suatu awal yang bagus.
Sayang fenomena ini tidak terlalu diperhatikan oleh pebisnis kopi. Dari hasil pengamatan penulis para pengusaha kopi lebih berorientasi kepada keindahan interior dan eksterior warung kopi mereka. Jika kita cermati kita bisa menyisipkan kampanye literasi di sudut-sudut warung kopi. Sebutlah, kita membuat sudut baca, pustaka mini, atau hal lain yang berbau literasi. Maka kopi yang hanya menonjol sebagai penyatu rakyat juga akan berkontibusi me-melek-an masyarakat akan literasi.
Isu literasi adalah sebuah isu urgen yang perlu segera diatasi. Bermacam survey meletakkan Indonesia di urutan buncit negara dengan tingkat literasi -Silakan googling untuk informasi lebih lanjut tentang tingkat literasi Indonesia-, oleh karenanya, fenomena kopi yang sedang naik daun setidaknya juga bisa ikut berkontribusi terhadap tingkat literasi bangsa.
Disisi lain, hal ini tidak semudah membalik telapak tangan. Merebaknya literasi instan, serta banjir hoax juga patut diperhitungkan. Tapi, tanpa meributkan hal tersebut ada baiknya kita memulai dari individu kita sendiri. Mari mulai mengkampanyekan kesadaran literasi.
Dari sekian warung kopi yang telah penulis singgahi, pernah penulis temukan beberapa warung yang menyediakan pojok baca bagi para pelanggannya. Walau hanya bebrapa warung yang menyediakan hal tersebut, tapi itu adalah suatu berita bagus bagi kita semua.
Terpikirkah anda untuk ikut berpartisipasi mengkampanyekan kesadaran literasi? tak perlu mencari modal yang banyak, cukup mulai dari individu masing-masing. Budayakan membaca, karena selain meningkatkan tingkat literasi juga berkontribusi menangkal fenomena banjir hoax yang sedang melanda negara kita.
Terlepas dari kopi yang menjadi fenomenal akhir-akhir ini, terdapat banyak cara menggugah semangat literasi. Mari berjuang meningkatkan kesadaran literasi, mulailah dari individu masing-masing. Target realistis yang bisa kita capai adalah meningkatkan minat baca dalam upaya pemberantasan hoax.
Akhir dari tulisan ini, saya berharap pembaca dapat tergugah dan ikut berpartisipasi –walau tidak langsung- dalam upaya penigkatan kesadaran literasi. Jadilah kreatif dan jangan mau dikalahkan oleh zaman. Kopi aja bisa bersaing, masa kamu enggak?
Salam hangat dari Situbondo
2 Komentar
Mantap nih cita-citanya. Lanjutkan kawan!
BalasHapusterima kasih responnya saudara
BalasHapusmemang masalah literasi adalah masalah yang genting dan sangat-sangat perlu diatasi secepatnya :D
mari diskusi lebih lanjut, silakan hubungi secara personal.
salam hangat Rahman Kamal
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.