Setiap orang memerlukan zat gizi dalam jumlah yang cukup untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidupnya. Gizi yang harus terpenuhi harus dalam jumlah yang cukup dalam artian tidak kelebihan dan tidak pula kekurangan.
Status gizi memang menjadi hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang. Sebab, kekurangan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan seseorang terutama pada anak.
Kebutuhan gizi memegang peran penting dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. Pentingnya kecukupan gizi dalam sehari-hari untuk menopang kehidupan yang produktif serta bermanfaat merupakan realita yang tidak bisa dibantahkan.
Namun, nyatanya permasalahan gizi di Indonesia masih saja terus terjadi. Hal ini tentu menggugah pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat berupaya untuk mengatasi permasalahan dan mencegah permasalahan gizi ini.
Permasalahan gizi yang terjadi disebabkan karena berbagai hal mendasar seperti kemiskinan sehingga berpengaruh terhadap ketersedian pangan, perawatan anak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Pemberdayaan gizi pada masyarakat sangat penting untuk dilakukan khususnya bagi keluarga yang memiliki anak sehingga nantinya dapat membantu dalam peningkatan status gizi anak di Indonesia.
Tentunya dalam upaya ini perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan pihak terkait lainnya juga masyarakat untuk dapat mensukseskan upaya pemberdayaan gizi.
Memanfaatkan Tanaman Liar Untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Gizi
Hayu Dyah Patria, sosok wanita asal Sidoarjo yang memperkenalkan pemanfaatan tanaman liar kepada warga Galengdowo.
Pemanfaatan tanaman liar ini bukan tanpa alasan, selain untuk melestarikan tanaman liar juga untuk memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi.
“Untuk melestarikan tanaman liar, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi dengan cara yang masuk akal,” katanya.
Cara masuk akal yang dimaksud oleh Hayu Dyah Patria ini lantaran bisa dikembangkan secara mudah tanpa harus ada perlakuan secara spesial.
Wanita kelahiran Gresik pada 27 Januari 1981 itu adalah seorang ahli teknologi pangan. Ia merasa tertantang untuk meningkatkan status gizi.
Sebelum akhirnya ia memilih tanaman liar, awalnya Hayu Dyah melihat sekeliling apa yang mudah di jangkau oleh kebanyakan orang, akhirya pilihannya jatuh pada tanaman liar untuk dimanfaatkan dalam memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi.
Ada beberapa tanaman liar yang dipilih oleh Hayu Dyah seperti daun kastuba dan daun krokot. Daun kastuba memiliki kandungan mineral yang berlimpah. Sementara itu, daun krokot, makanan kesukaan jangkrik, ternyata kaya berbagai macam vitamin dan, ini yang terpenting, senyawa pendongkrak kecerdasan.
“Daun krokot banyak mengandung asam lemak omega-3 untuk perkembangan sel otak anak,” katanya.
Sesungguhnya keterampilan ini tidak hanya berguna untuk warga Galengdowo saja. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan, bahwa angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi, yakni 17,9%. Penyebab utamanya adalah kemiskinan. Karena itu, makanan asal tanaman liar sangat masuk akal untuk dimasyarakatkan.
“Tanaman ini bisa didapat tanpa uang. Tinggal petik, tapi kandungan gizinya tak kalah dari tanaman budidaya,” kata Hayu.
Sehingga pada saat itu Hayu Dyah tergugah dan tertantang untuk meningkatkan status gizi dengan memperkenalkan pemanfaatan tanaman liar kepada warga Galengdowo.
Berhasil Mengidentifikasi 300 Spesies Tanaman Liar
Sejak tahun 2009 ia memberdayakan ibu-ibu rumah tangga desa Galengdowo, Jombang untuk memanfaatkan tanaman liar sebagai bahan pangan. Kini Hayu berhasil mengidentifikasi sebanyak 300 spesies tanaman liar, tidak hanya itu ia juga berhasil mengundang kalangan peneliti dan akademisi untuk menemukan kandungan nutrisi tanaman liar dan meneliti 10 tanaman liar secara mendalam.
Berkat upaya dan perjuangannya yang membuahkan hasil, Hayu Dyah Patria berhasil meraih Apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2011. Ia menjadi salah satu sosok yang berjasa dalam memerangi kekurangan gizi di tanah air. (*)
2 Komentar
Aku sampe browsing dulu daun kastuba dan daun krokot yg seperti apa bentuknya. Ternyata pernah lihat selama ini, cuma ga tau namanya itu 😄
BalasHapusDaun kastuba selama ini aku pikir tanaman hias mas. Soalnya merah kan. Ga nyangka bisa dimakan.
Daun krokot pernah liat tapi jarang. Terkadang memang ada banyak tanaman di sekitar kita yg bisa dikonsumsi, dan banyak gizi, tapi kekurangan informasi ttg itu. Ga Tau kalo bisa dimakan.
Hebat mba hayu ini, bisa meneliti itu semua demi pemenuhan gizi masyarakat di sekitarnya.
Fun fact, waktu nyusun naskah Aku juga sempet nyari tau beberapa tanaman yang dijelaskan. Ternyata ada dan tumbuh di sekitar rumah. Kadang, emang gatau sama namanya. Kadang, penyebutan dalam bahasa lokalnya berbeda. Sungguh, alam ternyata begitu kaya.
HapusAnda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.