Keajaiban Kata “Karena” - Langer's Experiment Effect


Sejak kecil kita pasti terbiasa menggunakan kata "Karena" untuk menjelaskan sesuatu. Kebiasaan itu membuat kita tanpa sadar menerima dan meyakini bahwa setiap muncul kata "karena" pasti diikuti oleh alasan yang melengkapinya. 

Kehadiran kata "karena" juga membuat kita menjadi lebih mudah menerima sebuah permintaan maupun alasan yang menyertainya. Mari perhatikan bersama contoh berikut:

A: Ibu, aku mau mainan itu. Kalau tidak dibelikan, aku nggak mau makan
B: ibu, aku mau mainan itu. Aku sangat butuh mainan itu karena teman-temanku punya semua.

Dari dua contoh di atas Manakah yang lebih meyakinkan? Tentu kita pasti akan menjawab yang kedua. Kalimat kedua menjadi kalimat yang lebih efektif karena ucapan anak itu terasa lebih logis dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasi. 

Sesungguhnya, "karena" merupakan kata persuasi yang dapat menyihir dan memilih efek yang luar biasa. Kekuatan persuasi "karena" dijelaskan dalam sebuah percobaan bernama "Langer's Experiment"

Langer's Experiment: Percobaan Mengukur Efek Keajaiban "Karena"



Seorang Profesor psikologi di Harvard University, Ellen Langer menjelaskan kekuatan persuasi "karena" melalui experiment yang dilakukannya. Percobaan yang diberi nama "Langer's Experiment" itu menghasilkan temuan menarik atas efek persuasi "karena".

Dari percobaan tersebut Ellen mengungkapkan bahwa, menjabarkan alasan sangatlah efektif untuk membujuk orang lain. Percobaan itu menunjukkan, memberikan penjelasan atas suatu permintaan memperoleh respon positif jauh lebih banyak daripada tanpa mengungkapkan alasan.

Profesor Langer dan timnya melakukan percobaan kepada sekelompok orang yang tengah mengantri di mesin fotocopy perpustakaan. Mereka meminta Beberapa orang tidak dikenal untuk mendekati antrian itu dan masing-masing mengatakan hal yang berbeda.

Ilustrasi Langer Experiment

Orang pertama berkata seperti ini. 
"Permisi saya mau fotokopi 5 lembar saja, boleh duluan?"
Hanya 60 persen dari para pengantri yang merespon perkataan itu. 

Orang kedua datang dengan Respon yang berbeda, ia berkata seperti ini.
"Bolehkah saya pakai mesin fotocopy-nya duluan? Karena saya sedang terburu-buru"
Mendapati hal tersebut sebanyak 94 persen pengantri merespon permintaan itu. 

Percobaan oleh profesor langer membuktikan bahwa efek karena sangat besar. Percobaan itu kemudian dikembangkan untuk melihat secara konkret sejauh mana efek karena. Hasilnya sungguh menarik. 

Kali ini subjek eksperimen diminta mengatakan karena kepada orang-orang yang mengantri mesin fotocopy. Namun, dengan memberikan alasan atau penjelasan yang tidak perlu.

Orang asing itu berkata seperti ini kepada orang-orang yang sedang mengantri di depan mesin fotocopy. 

"Boleh saya pakai mesin fotokopinya duluan? Karena saya harus memperbanyak berkas,"

Anehnya, bukannya marah atas penjelasan yang tidak nyambung, 93 persen dari pengantri justru menanggapi permintaan itu secara positif. 

Pernjelasan Membuat Komunikasi Lebih Mudah Dipahami


Penulis buku Influence: The Psychology of Persuasion, Robert Cialdini menjelaskan hasil Langer's Experiment dan percobaan dengan mesin fotocopy-nya membuktikan efek motivasi unik dari kata "karena". 

Kata itu, jelas Cialdini, bersifat persuasif karena terdapat hubungan asosiasi yang terus menguat dengan alasan yang masuk akal di baliknya.

"Kita terbiasa berpikir bahwa setelah karena ada alasan tepat dan masuk akal yang pasti mengikutinya. Sejak kecil remaja hingga dewasa kita terbiasa mengalami bahwa jika kata karena muncul secara otomatis Akan ada alasan yang mengikuti di belakangnya. Oleh karena itu, orang-orang pun akan secara otomatis mengatakan "Iya" meski baru mendengar kata "karena" saja."

Dari penjelasan itu kita bisa melihat bahwa. "karena" memiliki efek persuasi yang luar biasa. Kata tersebut bisa digunakan untuk melakukan negosiasi yang berat atau memperbaiki hubungan komunikasi yang buruk. 

Memperbaiki Hubungan Komunikasi dengan "Karena"


Kita tentu pernah menghadapi beberapa kondisi yang cukup dilematis. Sudah janji dengan satu orang eh ternyata ada acara mendadak yang tidak bisa dihindari. Cobalah gunakan kata "karena" untuk mengkomunikasikan pesan kalian secara utuh. 

Memperbaiki hubungan komunikasi tidaklah sulit. Mulailah dengan mengkomunikasikan kondisi kalian dan berikan penjelasan setelahnya. Ungkapan komunikasi yang diikuti oleh penjelasan akan jauh lebih mudah diterima dan dipahami oleh lawan bicara kita. 

Suka bertengkar dengan pasangan? Suka miskomunikasi dengan rekan satu tim? Cobalah mulai mengkomunikasikan pesan kalian dengan alasan yang mendukungnya. 

Selain itu, kata "karena" dan efek persuasinya juga dapat kita gunakan untuk melakukan sebuah negosiasi berat. Contohnya, meminta kenaikan gaji kepada atasan. 

Jika kita hanya meminta kenaikan gaji tanpa Menjelaskan alasan kita tentu permintaan kita pasti akan ditolak. Berbeda jika kita menjelaskan dan menjabarkan permintaan kita secara detail dan mendalam. Contohnya seperti ini. 

"Saya ingin gaji saya dinaikkan. Karena saya telah berkontribusi besar terhadap perusahaan dan saya rasa hal itu pantas saya dapatkan sebagai imbalan untuk kinerja saya selama ini."

Baca juga: Kenapa Kita Suka Ikut-ikutan?


Pernyataan tersebut kemungkinan besar akan lebih diterima daripada sekedar permintaan kenaikan gaji tanpa adanya penjelasan yang mendalam dan menyeluruh.

Karena adalah kata yang cukup ajaib dan dapat membuat lawan bicara terbuai dalam ilusi bahwa ucapan kita sangat masuk akal dan kemudian menghadirkan kata "iya" untuk menjawabnya. 


_______________

Sumber rujukan:

Langer, E., Blank, A., & Chanowitz, B. (1978). The mindlessness of Ostensibly Thoughtful Action: The Role of “Placebic” Information in Interpersonal Interaction. Journal of Personality and Social Psychology, 36(6), 635-642.

Oh Su Hyang. (2021). Komunikasi Itu ada Seninya. Bhuana Ilmu Populer.

2 Komentar

  1. Kata "karena" idealnya dilanjutkan dengan kata-kata alasan yang masuk akal bukan membingungkan. Dengan penjelasan yang gamblang dan menyeluruh, si penanya bisa lebih memahami isi pikiran yang ditanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Dan secara sadar maupun tidak kita telah terbiasa dengan hal itu. Membuat kata 'KARENA' punya kekuatan persuasif yang luar biasa.

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.