Mempraktikkan Komunikasi yang Baik untuk Meninggalkan Kesan Pertama yang Mendalam


Ada orang yang membuat nyaman dan tertarik saat pertama kali bertemu. Ada juga orang yang membuat tidak nyaman dan membawa kesan risih sejak pertemuan pertama. Itulah dampak dari kesan pertama yang kita hadirkan ketika bertemu dengan orang lain.


Jika kita memberikan kesan pertama yang baik, maka orang lain akan mengenal kita dengan kesan baik tersebut. Sebaliknya, jika kesan pertama yang kita berikan buruk, maka hal itu yang menjadi hal pertama yang dipikirkan oleh orang lain terhadap kita. Oleh karenanya, kesan pertama sangatlah penting terutama dalam kehidupan sosial.

Kesan pertama sangat penting karena seringkali merupakan kesan yang pertama kali diperoleh seseorang tentang Anda atau sesuatu. Kesempatan untuk membuat kesan pertama hanya datang sekali, dan kesan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana orang memandang Anda atau situasi tersebut dalam jangka panjang.

Contoh paling umum dari pentingnya kesan pertama adalah saat wawancara pekerjaan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 75 persen recruiter perusahaan dipengaruhi oleh penampilan pada saat merekrut karyawan baru. Mereka (Recruiter) mengambil keputusan dalam waktu singkat berdasarkan sikap, perilaku, ekspresi wajah, dan penampilan pelamar kerja.

Temuan lain menjelaskan bahwa 85,5 persen recruiter cenderung dikendalikan oleh kesan pertama yang diberikan oleh pelamar, hingga proses wawancara selesai.

Baca juga: Cara Mengubah Haters Menjadi Pelanggan Setia

Penilaian terhadap kesan pertama setiap orang berbeda-beda. Bahkan, tiap negara memiliki karakter dan parameter penilaian kesan pertama yang berbeda. Setiap negara memiliki budaya, waktu,serta karakteristik dalam memberikan nilai pada kesan pertama dari orang lain.

Amerika Serikat, contohnya, sebagaimana dilaporkan membutuhkan rata-rata waktu sekitar 15 detik untuk menentukan dan memberikan penilaian kesan pertama dari orang lain.

Jepang memakan waktu yang lebih cepat untuk melakukan penilaian kesan pertama. Mereka hanya membutuhkan waktu rata-rata 6 detik untuk menilai kesan pertama dari orang lain. Korea Selatan malah lebih cepat, hanya 3 detik.

Dari temuan itu kita bisa mengetahui bahwa, orang Korea Selatan sangat mementingkan kesan pertama saat bertemu dengan seseorang. Hal itu dipengaruhi oleh Cognitive miser effect yang berpengaruh besar dalam menilai lawan bicara, yakni ingin memperoleh keputusan secara cepat dengan sedikit usaha.

Namun, perlu diingat bahwa, kesan pertama bukan selalu tentang penampilan yang kerap dikaitkan dengan bentuk fisik, seperti keindahan paras, bentuk tubuh, tatanan rambut, dan lain sebagainya.

Kesan pertama bukan selalu tentang penampilan namun juga tentang cara kita berkomunikasi. Kesan yang baik tidaklah hadir begitu saja. Beberapa orang bahkan perlu melakukan penilaian dan pemikiran secara mendalam untuk memperoleh perhatian lawan bicara. Artinya, tidak hanya dari riasan wajah, tatanan rambut, dan pakaian, tetapi juga ekspresi wajah yang ramah dan tingkah laku yang halus menjadi faktor penentu sebuah kesan pertama.

Singkatnya, cantik atau tampan saja tidaklah cukup. Meskipun tidak memiliki paras yang menawan kita tetap bisa memberikan kesan yang baik dengan gaya yang sesuai dengan diri kita masing-masing.

Meskipun penampilan memberikan pengaruh besar terhadap kesan pertama namun ada banyak cara lain untuk membangun kesan pertama selain penampilan kita. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kesan pertama melalui percakapan dalam ilmu komunikasi hal ini disebut sebagai efek primer atau primacy effect.

Solomon Asch, seorang psikolog sosial dari Amerika pernah melakukan penelitian tentang efek komunikasi ini. Hasilnya informasi atau kesan yang ditampilkan pertama kali ternyata lebih berpengaruh besar terhadap memori daripada kesan yang ditampilkan kemudian. Dalam penelitiannya Solomon menguji efek ini dengan memberikan informasi tentang dua orang kepada para responden yang mengikuti penelitian.

A: Pintar, rajin, impulsif, kritis, keras kepala, mudah iri
B: Mudah iri, keras kepala, kritis, impulsif, rajin, pintar


Pada dasarnya informasi tentang dua hal itu adalah sama. Hanya saja urutannya berbeda. Tetapi ternyata para responden memberikan reaksi di luar dugaan. Mereka lebih senang dengan si A daripada si B. 

Hal itu terjadi karena efek primer yang diberikan A adalah berupa informasi positif seperti "pintar" dan "rajin" sedangkan efek primer yang diberikan B adalah Informasi bersifat negatif berupa "mudah iri" dan "keras kepala". Perubahan urutan penyampaian itu menghasilkan efek yang luar biasa padahal keduanya memiliki informasi yang sama.

Menciptakan Kesan Pertama yang Baik Melalui Komunikasi


Setelah kita mengetahui tentang efek primer dan penelitian yang dilakukan oleh Solomon sebuah pertanyaan muncul. Bagaimana sebaiknya kita memperkenalkan diri kepada lawan bicara agar mereka tertarik dan kesan baik yang tertanam dalam pikiran mereka?

Perhatikan dua contoh berikut

Saya memiliki kemampuan perencanaan dan eksekusi yang bagus. Sedikit tidak bisa diam tapi saya sedang berusaha mengatasinya.

Kata orang, Saya sedikit tidak bisa diam, tetapi saya mempunyai kemampuan perencanaan dan eksekusi yang bagus.

Melihat dua contoh itu meskipun perbedaannya tipis, perkenalan pertama lebih berkesan positif dan kuat bukan? Berbeda dengan ungkapan kedua yang membuat kita merasa sedikit ragu. Efek primer memberikan dampak yang kuat dan tahan lama seperti sebuah beton. Oleh karena itu, ungkapkan kelebihan dan daya tarik diri yang ingin ditonjolkan di bagian awal. Dalam kondisi ini, sebaiknya kita singkirkan sementara waktu sikap rendah hati dan tidak enak diri.

Baca juga: Tips Mudah Berbicara di Depan Umum dengan Retorika Aristoteles

Selain itu, pada dasarnya ada tiga hal yang bisa menjadi penentu kesan pertama seseorang. Tiga hal itu terdiri dari penampilan, suara, dan pemilihan kosakata. Sebagaimana kita selalu memperhatikan penampilan sehari-hari untuk memberikan kesan pertama yang baik, mulailah untuk memperhatikan kesan pertama yang kita bawakan melalui komunikasi kita. Nada dan intonasi yang ramah dan juga pemilihan kosakata yang tepat dan sesuai dengan image yang ingin kita bawakan. (*)

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.