Kenapa Bad Boy Lebih Menarik Daripada Good Boy? Ini Alasannya!



“Ketika Cela menjadi Daya Tarik tambahan”
-Pratfall Effect


Beberapa waktu lalu, saya sempat menemukan sebuah postingan menarik di Lemon8 Indonesia. Postingan itu berisi 3 alasan kenapa pria ‘Badboy’ lebih menarik daripada pria ‘Goodboy’.

Dalam postingan itu, terdapat 3 alasan kenapa so-called badboy itu lebih menarik,

  1. Lebih romantis
  2. Lebih penyayang
  3. Lebih cool dan misterius

Tentu, saya akhirnya mencoba untuk memahami lebih lanjut alasan dan klaim tersebut. Apakah klaim tersebut benar? Apakah klaim tersebut punya alasan kuat? Atau, Apakah klaim itu hanya bercandaan saja?

Bagi saya, tentu, ‘goodboy’ logikanya lebih menarik daripada ‘badboy’. Karena, seperti membeli barang, barang yang baik tentu lebih disukai daripada barang yang tidak baik. Yakan? Tapi, apakah hal itu berlaku untuk kasus Badboy x Goodboy?

Saya kemudian mencari tau lebih lanjut dan memperoleh sebuah penjelasan logis dan masuk akal dalam lingkup ilmu komunikasi. Fenomena itu bernama Pratfall Effect.

Sebuah Cela yang Menjadi Daya Tarik - Pratfall Effect


In social psychology, the pratfall effect is the tendency for interpersonal appeal to change after an individual makes a mistake, depending on the individual's perceived competence. In particular, highly competent individuals tend to become more likable after committing mistakes, while average-seeming individuals tend to become less likable even if they commit the same mistake.


Efek Pratfall adalah fenomena menarik dalam psikologi sosial yang menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, melakukan kesalahan kecil justru bisa membuat Kamu lebih disukai orang lain. Ini mungkin tampak kontra intuitif, namun perlu diingat bahwa Pratfall Effect tidak berlaku secara universal.

Pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh Psikolog Amerika, Elliot Aronson, Pratfall Effect kemudian banyak dikembangkan dan diteliti lebih lanjut untuk memahami bagaimana efek gender, harga diri, dan tingkat parahnya sebuah kesalahan memberi dampak terhadap perubahan daya tarik dan kesukaan seseorang



Terdapat beberapa komponen penting dalam memahami Pratfall Effect.

Pertama, Efek Pratfall biasanya berlaku untuk individu yang dianggap sangat kompeten atau sukses.

Kedua, kesalahan kecil atau blunder yang dimaksud adalah kesalahan/blunder yang tidak secara signifikan mempengaruhi kompetensi secara keseluruhan. Contohnya seperti tersandung tangga, menumpahkan kopi ke diri sendiri, atau lupa trivia..

Ketiga, setelah menyaksikan kesalahan kecil tersebut, orang lain mungkin justru menganggap individu tersebut lebih menyenangkan dan bisa diterima. Hal itu terjadi karena orang-orang cenderung tidak suka terhadap individu yang sempurna dan menganggap mereka merepotkan.

Singkatnya, Efek Pratfall menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, ketidaksempurnaan kecil dapat membuat Kamu lebih menarik bagi orang lain. Namun, penting untuk berhati-hati dan ingat bahwa berlebihan atau membuat kesalahan yang lebih besar dapat memiliki efek sebaliknya.

Konsep dasar Pratfall Effect hampir mirip dengan John Goodman's Law yang pernah saya bahas beberapa waktu lalu. Sebuah fenomena komunikasi dimana pelanggan cenderung lebih tertarik dengan bisnis yang memberikan pelayanan prima dan feedback optimal dalam layanannnya.

"Cowok badboy lebih menarik daripada cowok “goodboy,"


Dari uraian di atas, kita bisa sedikit banyak paham kenapa “badboy’ disebut lebih menarik daripada “goodboy’. Namun, pada akhirnya, daya tarik adalah hal yang subjektif. Yang terpenting adalah menemukan seseorang yang melengkapi nilai-nilai kita, menghormati kita, dan membuat kita merasa baik tentang diri sendiri.

Jangan terjebak dalam stereotip atau tekanan sosial, fokuslah pada hal yang benar-benar penting bagi kita dan pasangan kita. Membangun komunikasi yang baik dan saling memahami satu sama lain sebagai sebuah pasangan.

Ingatlah, baik "Badboy" maupun "Goodboy" adalah label yang luas dan individu dalam setiap kategori tersebut memiliki banyak sisi. Penting untuk melihat lebih dari sekadar label dan menilai setiap orang berdasarkan kualitas unik mereka masing-masing. Toh, rasa nyaman itu tidak ada ukurannya. Terus perbaiki komunikasi dan pahami pasanganmu sebaik mungkin. (*)

_______________

Sumber foto: 

Ilustrasi AI oleh DALL.E 

Sumber rujukan:

Aronson, E., Willerman, B., & Floyd, J. (1966). The effect of a pratfall on increasing interpersonal appeal. Psychonomic Science.

Oh Su Hyang. Komunikasi Itu ada Seninya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2021.

Ein-Gar, D., Shiv, B., & Tormala, Z. L. (2012). When blemishing leads to blossoming: The positive effect of negative information. Journal of Consumer Research, 38(5), 846-859.

4 Komentar

  1. Ini beneeeer 😂🤭. Setidaknya zaman pacaran aku memang lebih memilih bad boys drpd yg terlalu baik 🤣. Alasan simple, bosenin yg cowo baik 😄.

    Diitung2 rata2 mantanku pasti bad boys mas. Krn memang mereka lbh menarik, lebih menantang untuk ditaklukkan. Dan aku suka tantangan 😄

    Tapiiiiii beda cerita kalo cowo yg memang mau dijadiin suamin, itu hrs yg good boy pastinya, supaya ortu juga setuju 🤭. Alhamdulillah walo mantan2 pada bad boys semua, yg jadi suami skr dari jalur cowo baik 😄. Biar tentrem hidup kan 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktanya, banyak yang menilai bad boy lebih asik dan seru karena Bad Boy cenderung lebih fleksibel dan bebas. Sedangkan, goodboy lebih kepada personal yang rapi, teratur dan disiplin.

      Hapus
  2. Bad boy dan good boy ini memang luas banget ya pengertiannya dan dikembalikan ke individu yang menilainya. Buat saya bad boy memang lebih menarik, tapi bad-nya juga yang nggak ke sana-sana banget lah 😂 kalo bad boy yang keliatan makin ke sini makin ke sana ya males juga sih, bikin ilfeel. Haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Bad boy itu menarik, tapi gak yang bad, bad banget. ~hehe

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.