Memberikan Masakan Setelah Sebuah Kemarahan, Efeknya Apasih?

Memberikan Masakan Setelah Sebuah Kemarahan, Efeknya Apasih?

Pernah gak sih? Kalian dimarahin di sekolah lalu diberi makanan setelahnya oleh orang yang memahari kita?

Atau, ketika bertengkar dengan pasangan, kebanyakan dari kita pasti mengajak pasangan makan atau memasakkannya makanan enak dan nikmat usai kembali berdamai setelah sebuah pertengkaran.

Saya pun kadang melakukannya, kok. Mengajak pasangan menikmati makanan nikmat setelah satu permasalahan atau kesalahpahaman terselesaikan.

Ternyata, hal itu ada manfaat dan efeknya, lho. Hal itu juga ternyata bisa dijelaskan dalam sudut pandang ilmu komunikasi dan psikologi. Berikut penjelasannya.

Fenomena memberi makanan kepada seseorang yang telah kita marahi adalah sebuah tindakan yang sering ditemui dalam berbagai budaya dan bisa dijelaskan melalui perspektif ilmu komunikasi dan psikologi.

Perspektif Ilmu Komunikasi


Dalam ilmu komunikasi, tindakan ini dapat dipandang sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Makanan memiliki kekuatan simbolis yang kuat dalam budaya manusia, sering kali diasosiasikan dengan kasih sayang, perhatian, dan niat baik. 

Memberi makanan setelah marah dapat diartikan sebagai isyarat perdamaian atau permintaan maaf yang tidak diungkapkan secara langsung dengan kata-kata. Ini bisa menciptakan jembatan komunikasi yang lebih halus dan mengurangi ketegangan yang ada.

Komunikasi nonverbal ini juga bisa mencerminkan teori ketidaksesuaian kognitif (cognitive dissonance theory), di mana seseorang mencoba mengurangi ketidaknyamanan emosional akibat tindakan negatif sebelumnya (misalnya marah) dengan tindakan positif (misalnya memberi makanan). Dengan demikian, ini membantu memperbaiki hubungan dan memperbaiki suasana hati.

Perspektif Psikologi


Dari perspektif psikologi, fenomena ini bisa dijelaskan melalui beberapa konsep utama:

  1. Teori Reparasi Hubungan: Ketika seseorang marah, itu menciptakan ketegangan dan jarak emosional dalam hubungan. Memberi makanan dapat dilihat sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan tersebut. Ini merupakan tindakan pro-sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan dan harmoni dalam interaksi sosial.
  2. Teori Altruisme dan Kepedulian: Dalam psikologi sosial, tindakan ini bisa dilihat sebagai bentuk altruisme atau kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Meskipun telah terjadi konflik, individu yang memberi makanan menunjukkan bahwa mereka tetap peduli dan ingin memastikan kebutuhan dasar orang lain terpenuhi, yang pada akhirnya memperlihatkan sisi manusiawi dan empati.
  3. Efek Pemulihan Emosional: Memberi makanan juga bisa berfungsi sebagai mekanisme untuk meredakan perasaan bersalah dan menciptakan perasaan positif. Ini membantu kedua belah pihak untuk memproses emosi negatif yang muncul akibat kemarahan, menggantinya dengan pengalaman positif seperti rasa syukur dan penerimaan.
  4. Penguatan Sosial: Dalam beberapa kasus, tindakan ini bisa berfungsi sebagai bentuk penguatan sosial. Orang yang menerima makanan mungkin merasa dihargai dan diperhatikan, yang dapat memperkuat hubungan sosial antara kedua pihak. Ini penting dalam menjaga kohesi sosial dan keintiman dalam hubungan interpersonal.

Contoh Kasus


Misalkan dalam sebuah keluarga, seorang ibu marah kepada anaknya karena nilai sekolah yang buruk. Setelah marah, sang ibu memberikan makanan favorit anaknya sebagai tanda bahwa meskipun ia marah, ia tetap menyayangi anaknya.

Dalam konteks ini, makanan berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mengekspresikan cinta dan kepedulian, meskipun kata-kata marah telah terucap.

Kesimpulan


Fenomena memberi makanan setelah marah adalah tindakan yang kaya akan makna dari sudut pandang komunikasi dan psikologi. Ini mencerminkan upaya untuk memperbaiki hubungan, mengekspresikan kepedulian, dan memulihkan emosi. Tindakan ini menunjukkan betapa pentingnya simbolisme dan tindakan pro-sosial dalam menjaga hubungan manusia yang harmonis. (*)

_______________

Sumber gambar:


*) Image generated with Microsoft Designer powered by Dall-E 3

2 Komentar

  1. Aku pernah punya teman yang tiap marahan selalu berusaha ngajak mentraktir, tapi entah kenapa aku kok merasa usahanya sia-sia, karena seakan-akan besok dia ngajak bertengkar lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, aku ngerti banget perasaanmu. Kadang, tindakan seseorang saat marahan itu nggak selalu sejalan dengan niatnya. Mungkin temanmu itu bingung gimana cara memperbaiki situasi, makanya dia berusaha mentraktir. Tapi, yang terpenting adalah komunikasi yang terbuka dan jujur untuk menyelesaikan masalah

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.