Lahir dan besar di lingkungan pesantren membuat saya cukup familiar dengan istilah ngalap barokah/berkah. Tabarruk (atau kalangan pesantren menyebutnya ngalap berkah) berarti meraih berkah, kebaikan, dan kebahagiaan dengan media sesuatu yang diistimewakan Allah.
Diistimewakan karena Allah telah menyematkan atau mengalirkan keberkahan kepadanya.
Prof Shobah Ali Al-Bayati, seorang cendekiawan Muslim Irak, melalui bukunya “At-Tabarruk” memberikan definisi ilmiah berkah sebagai “energi positif” yang luar biasa dahsyatnya, yang terpancar ketika seseorang berhubungan dengan suatu media, tentu atas izin-Allah SWT.
Dalam praktiknya, ngalap berkah biasanya berbentuk kegiatan seperti berebut mencium tangan kiai ataupun guru, membalik sandal atau alas kaki Kiai maupun guru, diam dan menunduk takzim ketika kiai sedang lewat, serta berbagai kegiatan lain yang biasanya disebut sebagai ngabdi.
Prof Shobah Ali Al-Bayati, seorang cendekiawan Muslim Irak, melalui bukunya “At-Tabarruk” memberikan definisi ilmiah berkah sebagai “energi positif” yang luar biasa dahsyatnya, yang terpancar ketika seseorang berhubungan dengan suatu media, tentu atas izin-Allah SWT.
Dalam praktiknya, ngalap berkah biasanya berbentuk kegiatan seperti berebut mencium tangan kiai ataupun guru, membalik sandal atau alas kaki Kiai maupun guru, diam dan menunduk takzim ketika kiai sedang lewat, serta berbagai kegiatan lain yang biasanya disebut sebagai ngabdi.
Salah satu bentuk pengabdian yang banyak dipilih oleh santri dan masyarakat di kampung saya adalah menjadi guru. Tenaga pengajar yang profesional, berdedikasi, tekun, dan ikhlas. Meski terkadang honornya tidak seberapa dan hanya cukup untuk menyambung hidup.
Guru bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bagaikan pelita dalam kegelapan, menerangi jalan murid-muridnya menuju masa depan yang cerah. Dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, mereka mendedikasikan diri untuk mencerdaskan bangsa.
Menjadi Guru: Mendulang Jariyah Tidak Terputus
Guru; Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Guru bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bagaikan pelita dalam kegelapan, menerangi jalan murid-muridnya menuju masa depan yang cerah. Dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, mereka mendedikasikan diri untuk mencerdaskan bangsa.
Begitulah, saya dan kawan-kawan banyak yang kemudian memilih menjadi guru. Menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, ikut serta mencerdaskan generasi bangsa.
Memilih menjadi guru tentu bukan hanya soal materi dan keuntungan. Tapi juga tentang ketentraman dan keberkahan dibaliknya.
Romo Kyai diPesantren saya juga pernah berdawuh, "Saya tidak rela santri saya tidak berjuang di masyarakat," (Alm. KH. Zaini Mun'im - Pendiri & Pengasuh Pertama PP Nurul Jadid).
Maka, pilihan menjadi guru tidak lain juga dilandasi oleh keinginan untuk mengejar berkah. Berjuang dan mengabdikan diri kepada masyarakat sesuai bidang dan kemampuan masing-masing.
Bersyukur dan Tawakal Melaksanakan Kebaikan Sebagai Guru
Syahdan, di kampung saya ada seorang guru ngaji bernama Ustadz Hasan. Beliau adalah sosok yang sederhana, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Ustadz Hasan mengajar mengaji di sebuah surau kecil yang terbuat dari kayu, yang berdiri kokoh di tengah kampung.
Ustadz Hasan bukanlah orang kaya. Penghasilan yang beliau dapatkan dari mengajar mengaji tidaklah banyak. Kadang-kadang, beliau hanya mendapatkan beras atau sayuran dari orang tua murid sebagai bentuk terima kasih.
Meski begitu, beliau tidak pernah mengeluh. Baginya, mengajar ngaji adalah panggilan hati, sebuah pengabdian yang harus dijalani dengan tulus dan ikhlas.
Guru Ngaji: Garda Depan Pencetak Generasi Qurani
Sebagai guru ngaji, Ustadz Hasan tidak hanya mengajarkan baca tulis Quran, beliau juga mengajarkan dasar-dasar agama Islam kepada murid-muridnya.
Para murid Pak Hasan berasal dari berbagai kalangan. Ada yang masih sangat kecil, baru belajar membaca huruf hijaiyah, dan ada juga yang sudah remaja, ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang Al-Qur'an.
Setiap murid diperlakukan dengan sabar dan penuh kasih sayang oleh Pak Hasan. Beliau selalu memastikan setiap anak mengerti apa yang diajarkannya, bahkan jika itu berarti harus mengulang-ulang pelajaran berkali-kali.
Pak Hasan tidak hanya mengajar membaca Al-Qur'an. Beliau juga memberikan nasihat-nasihat tentang kehidupan, mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan kesederhanaan. Beliau sering bercerita tentang kisah-kisah nabi dan sahabat yang penuh hikmah, yang membuat anak-anak semakin semangat belajar.
Selain itu, Ustadz Hasan juga mengajarkan nilai-nilai rukun Islam kepada setiap muridnya. Mulai dari Sholat, Zakat, Puasa, dan rukun islam lainnya. Semangat, dedikasi, dan keikhlasan Ustadz Hasan membuat pembelajarannya diterima dengan baik oleh para murid.
Zakatnya Ilmu adalah Mengajar
Semua manusia pasti membutuhkan yang namanya ilmu, karena dengan ilmu manusia bisa lebih mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, juga mana yang abu-abu.
Kendati hidup sederhana dan tidak mendapatkan bayaran yang layak atas pembelajarannya, Ustadz Hasan tidak pernah pelit ilmu. Dengan bahagia beliau selalu berbagi ilmu pengetahuan dan hal-hal positif kepada para murid.
Maka, para murid di surau kecil itu selalu bahagia mendapati Ustadz Hasan datang dari sebuah majelis maupun undangan kegiatan. Karena, mereka pasti akan mendapatkan ilmu baru dan cerita inspiratif yang selalu berhasil dibawakan oleh Ustadz Hasan.
Suatu ketika, ustadz Hasan bercerita tentang zakat. Salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim.
"Zakat itu adalah rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim. Mau itu harta benda, atau ilmu sekalipun. Lalu, Zakatnya ilmu itu apa? Mengajarkannya kembali kepada orang lain," jelas Ustadz Hasan kepada murid-muridnya.
Secara substansial, ilmu tak ubahnya harta benda, yang harus dizakatkan dengan mengajarkannya kembali kepada orang lain.
Jika manusia sudah mengumpulkan harta benda yang banyak dan melebihi satu nisab, maka sudah selayaknya wajib untuk membayar zakat.
Andaikata belum mencapai satu nisab, maka dianjurkan untuk bershadaqah dan berinfak. Ini pendapat kebanyakan ulama.
Begitu juga dengan ilmu, ketika manusia sudah mencari berbagai ilmu pengetahuan, maka sudah sepantasnya ia juga berbagi apa yang dimilikinya. Membaginya dengan mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Hal itu benar-benar ditunjukkan oleh Ustadz Hasan dengan bagaimana dia menuntaskan Zakat ilmunya dengan mengajarkannya kembali kepada murid-murid. Membagikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas. Karena, buah dari ilmu adalah keberkahan dan kemanfaatan kepada orang lain.
Zakat Ilmu itu Istimewa
Zakat Ilmu itu terbilang cukup istimewa dan tidak perlu mencapai satu nisab, karena memang ilmu tidak bisa diukur dengan ukuran harta benda. Ilmu hanya bisa diraba ketika pemiliknya mencurahkan ilmunya, baik melalui lisan ataupun tulisan.
Hal ini juga akan menjadi amal jariyah bagi yang mengajarkannya, karena kita akan selalu mendapatkan pahala dari ilmu yang sudah kita sampaikan kepada orang lain.
Bahkan, ketika kita sudah meninggal, pahala tersebut akan tetap mengalir. Hal ini sejalan dengan hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA dalam hadits riwayat Imam Muslim.
Pentingnya sedekah ilmu juga dijelaskan dalam hadis riwayat Ibnu Majah, artinya “Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya.” (H.R Ibnu Majah).
Rasulullah saw bersabda, “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak soleh yang berdoa baginya.”
Pentingnya sedekah ilmu juga dijelaskan dalam hadis riwayat Ibnu Majah, artinya “Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya.” (H.R Ibnu Majah).
Merasa Cukup dan Tidak Lupa Bersyukur
Meski hidup sederhana, Ustadz Hasan selalu merasa cukup. Beliau tidak pernah merasa berkekurangan. Setiap hari, beliau bersyukur atas apa yang dimilikinya, atas rezeki yang didapatkannya, dan atas kesempatan untuk mengajar anak-anak kampung.
Baginya, kebahagiaan sejati adalah melihat murid-muridnya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia.
Pernah sekali saya bertanya tentang motivasi Ustadz Hasan mengajar dan membina anak-anak di kampung. Beliau menjawab pertanyaan itu dengan sungguh mendalam.
“Saya teringat ucapan Kanjeng Nabi, ‘Barang siapa yang mengajarkan satu huruf dari Al-Qur’an atau satu bab ilmu, maka Allah akan kucurkan pahalanya sampai akhir hari kiamat’. Jadi motivasinya bukan honor atau apa. Kalau di kampung mah, nggak ada honornya, Le. Makanya udah lillahita’ala yang penting kita tawakal. Mudah-mudahan rezeki datangnya dari manapun Allah siapkan untuk kita dan keluarga,” ungkap Ustad Hasan.
Saya tersenyum, mengangguk halus, menyadari bahwa ikhlas adalah hal yang mudah diungkapkan tapi luar biasa sulit dalam praktiknya.
“Alhamdulillah, dengan ikhlas. Merasa cukup. Ada saja rezeki yang datang. Ada saja yang tiba-tiba antar kolak pisang, antar kue, dan kadang juga air mineral untuk anak-anak ngaji. Alhamdulillah,” imbuhnya.
Hidup Pak Hasan mungkin tidak dipenuhi dengan kemewahan, namun hatinya selalu kaya dengan rasa syukur dan kepuasan batin. Beliau adalah sosok yang menginspirasi banyak orang di desanya, menunjukkan bahwa dengan ketulusan dan dedikasi, kita bisa memberikan dampak yang besar dalam kehidupan orang lain.
Pak Hasan adalah bukti nyata bahwa kebaikan hati dan keikhlasan dalam mengabdi adalah harta yang tak ternilai harganya. Meskipun tidak selalu mendapat balasan materi yang banyak, namun kebahagiaan dan rasa syukur yang beliau rasakan adalah kekayaan sejati yang tidak bisa diukur dengan apapun.
Amal Tak Terputus Melalui Sedekah Jariyah
Ada banyak jenis sedekah jariyah yang bisa kita lakukan, sesuai dengan kemampuan dan keinginan kita. Berikut beberapa contohnya:
- Membangun masjid: Masjid adalah tempat ibadah yang sangat penting bagi umat Islam. Membangun masjid berarti menyediakan tempat bagi umat Islam untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pahala membangun masjid akan terus mengalir selama masjid tersebut digunakan untuk beribadah.
- Memwakafkan tanah: Tanah yang diwakafkan bisa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti membangun sekolah, rumah sakit, atau panti asuhan. Wakaf tanah akan terus memberikan manfaat kepada orang lain, dan pahalanya akan terus mengalir selama tanah tersebut masih digunakan untuk kebaikan.
- Menanam pohon: Pohon yang ditanam akan memberikan banyak manfaat, seperti menghasilkan oksigen, membersihkan udara, dan mencegah banjir. Menanam pohon adalah sedekah jariyah yang mudah dilakukan dan bermanfaat bagi banyak orang.
- Menyebarkan ilmu: Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan manfaat bagi orang lain. Mengajar, menulis buku, atau membuat video edukasi adalah beberapa contoh cara menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Pahala menyebarkan ilmu akan terus mengalir selama ilmu tersebut masih dipelajari dan diamalkan oleh orang lain.
Dengan melakukan sedekah jariyah, kita bukan hanya membantu orang lain, tetapi juga menabung pahala untuk bekal di akhirat.
Menyambung Jariyah & Manfaat Bersama Dompet Dhuafa
Kisah Ustadz Hasan memang sungguh luar biasa. Bagaimana semangat dan dedikasi yang beliau berikan memberikan dampak nyata di tengah masyarakat. Sayangnya, hal-hal positif yang dilakukan oleh Ustadz Hasan dan orang-orang lain di sekitar kita kerap tidak mendapat imbalan yang layak.
Dedikasi yang ditunjukkan Ustadz Hasan, dan orang-orang lain seperti Beliau kerap masih kurang mendapatkan perhatian. Beberapa bahkan dipandang sebelah mata.
Oleh karenanya, Dompet Dhuafa melalui program pemberdayaan 'Peduli Guru Ngaji Pelosok' hadir sebagai bentuk uluran tangan atas dedikasi orang-orang hebat itu.
Mengabdikan diri menjadi seorang “Guru Ngaji” bukanlah hal mudah dilalui. Peran penting mereka sangat menentukan masa depan generasi yang Qur’ani meskipun semangat mereka dan pengabdian mereka masih kurang di perhatikan atau bahkan dipandang sebelah mata.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam adalah 241,7 juta jiwa. Mirisnya, 72 persen atau 174 juta di antaranya buta huruf hijaiiyah (2022)
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) menyebutkan jumlah guru ngaji yang tercatat di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 928.000 orang.
Melalui Peduli Guru Ngaji Pelosok dan program inovatif lainnya, Dompet Dhuafa melayani umat, menyebarkan kebaikan hingga pelosok. Membuka ruang dan jalan bagi semua orang untuk ikut memuliakan guru ngaji, Insyaallah pahala jariahnya akan ikut mengalir.
Perkembangan teknologi membuat berbagai kegiatan sehari-hari semakin mudah. Begitu juga dengan sedekah jariyah yang bisa kita lakukan dengan mudah, bahkan melalui genggaman tangan lewat Dompet Dhuafa.
30 Hari Jadi Manfaat & 31 Tahun Perjalanan Melayani Umat
Dompet Dhuafa adalah organisasi terpercaya yang telah membantu masyarakat prasejahtera di seluruh Indonesia selama lebih dari 31 tahun. Mereka memiliki berbagai program yang mengedepankan lima pilar program yaitu Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial, serta Dakwah dan Budaya.
Selama 31 tahun Dompet Dhuafa melayani umat melalui berbagai program pemberdayaan tepat guna dan pemberdayaan produktif yang ditawarkan.
Melalui pogram inovatif seperti 'Peduli Guru Ngaji Pelosok', 30 Hari Jadi Manfaat, dan program lain, Dompet Dhuafa hadir sebagai pelayan umat dan memberikan kontribusi nyata di tengah-tengah ktia semua.
Dampak positif itu tidak hanya dirasakan oleh penerima manfaat, namun juga bagi para donatur yang merasakan kemudahan dalam menyalurkan sedekah dan zakat mereka kepada yang membutuhkan.
Untuk menjaga kredibilitas dan amanah masyarakat, Dompet Dhuafa juga menerbitkan Laporan keuangan yang diaudit secara independen dan dipublikasikan secara transparan.
Kita semua dapat berdonasi dengan mudah melalui transfer bank, online payment, zakat box, dan jemput zakat. Bantu wujudkan masa depan yang lebih baik bagi sesama dengan berdonasi melalui Dompet Dhuafa!
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”
Referensi
https://alazharpeduli.or.id/publikasi/artikel-berita/p/sedekah-jariyah-dengan-ilmu
https://www.dompetdhuafa.org/mimpi-guru-ngaji-cetak-generasi-berakhlak-mulia/
https://lampung.nu.or.id/opini/zakatnya-ilmu-adalah-dengan-mengajar-jv8W3#:~:text=Semua%20manusia%20pasti%20membutuhkan%20yang,juga%20mana%20yang%20abu%2Dabu.
2 Komentar
terharu sih dengan guru2 yang mengabdi dengan ikhlas begini di daerah remote yg jauh dari mana2.. yg begini memang real pahlawan tanpa jasa .. pantes aja mengajarkan ilmu bermanfaat menjadi amal jariyah yang tidak terputus bahkan setelah meninggal.
BalasHapusthank you sharingnya mas... reminder untuk ku juga agar mau mengajarkan sesuatu , trutama untuk anak2ku dulu, dengan ikhlas dan sabar.. terkadang jujur nya aku ga bisa sabar dalma mengajar.
dompet dhuafa ini salah satu lembaga yg aku msh percaya sampe skr utk menyalurkan zakat dan wakaf. semoga ke depannya dompet dhuafa tetep bisa menjadi lembaga sosial yang trusted dan transparan.
Rasanya kita perlu gerakan untuk memberi penghidupan yang lebih baik kepada para guru2 ngaji
BalasHapusAnda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.