Buta aksara adalah masalah serius yang mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Penyebab utama buta aksara meliputi kemiskinan, di mana banyak individu tidak memiliki akses ke pendidikan karena keterbatasan finansial.
Banyak orang tua lebih memilih anak-anak mereka untuk bekerja daripada bersekolah, menganggap pendidikan tidak penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, putus sekolah menjadi faktor signifikan, sering kali disebabkan oleh tekanan ekonomi atau kurangnya dukungan dari keluarga. Kondisi sosial juga berperan, termasuk kesehatan dan gizi yang buruk, yang dapat memengaruhi kemampuan belajar anak.
Di daerah terpencil, kurangnya infrastruktur pendidikan membuat akses ke sekolah menjadi sulit, sehingga meningkatkan angka buta aksara. Faktor gender juga tidak dapat diabaikan, perempuan sering kali mendapatkan pendidikan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Dampak dari buta aksara sangat luas, mulai dari rendahnya kualitas sumber daya manusia hingga meningkatnya angka kemiskinan. Individu yang buta aksara cenderung mengalami kesulitan dalam berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat dan ekonomi, sehingga memperburuk siklus kemiskinan dan ketidakberdayaan.
Oleh karena itu, penanganan masalah ini sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan.
Buta Aksara Bukan Hanya Tanggungjawab Individu
Permasalahan buta aksara bukan hanya menjadi tanggungjawab individu tetapi tanggungjawab bersama dan menjadi sebuah kebutuhan global yang mendesak Buta aksara, atau ketidakmampuan membaca dan menulis, merupakan salah satu bentuk diskriminasi yang paling awal dan kompleks. Ini tidak hanya membatasi potensi akademis seseorang, tapi juga menghalangi mereka dari akses informasi, pekerjaan, dan kesempatan sosial yang lebih baik. Buta aksara juga memiliki dampak signifikan pada keterlibatan masyarakat dalam demokrasi.
Tanpa kemampuan membaca dan menulis, orang-orang sulit untuk memahami aturan hukum, ikut serta dalam proses elektoral, atau mengakses layanan kesehatan yang tepat. Bahkan, buta aksara dapat melemahkan struktur sosial dan ekonomi, mempertahankan status quo yang tidak adil.
Untuk mengatasi buta aksara, kita perlu mengimplementasikan strategi multi-aspek. Mulai dari peningkatan infrastruktur pendidikan dasar hingga program-program literasi massal yang inklusif. Teknologi edukatif modern juga dapat dimanfaatkan untuk membuat belajar membaca dan menulis lebih interaktif dan menarik.
Selain itu, dukungan finansial dari pemerintah dan donatur swasta sangat penting dalam membiayai proyek-proyek pendidikan. Partisipasi aktif masyarakat lokal juga krusial dalam menyediakan fasilitas belajar dan mendengarkan cerita inspiratif dari mereka yang berhasil mengatasi buta aksara. Melalui dedikasi bersama, kita dapat mengurangi jumlah buta aksara dan membantu masyarakat menuju arah yang lebih maju dan terdidik.
Setiap langkah capaiannya akan menjadi simbol keberanian dan tekad dalam menuju sebuah masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Sosok Pejuang Memberantas Buta Huruf
Kepedulian terhadap masalah buta aksara ini ditunjukkan oleh sosok inspiratif dari Desa Kanreapia, Tombolo, Sulawesi Selatan. Sosok ini bernama Jamaluddin. Pengalaman putus sekolah tidak lantas menjadi penghalang Jamaluddin untuk berdedikasi pada negeri. Pengalaman pernah putus sekolah justru menjadi inspirasi bagi Jamaluddin (28 tahun), untuk menggagas Rumah Koran. Gerakan cerdas anak petani memberantas buta huruf di Desa Kanreapia. Desa ini berada di dataran tinggi, di Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa Sulawesi Selatan.
Desa ini juga dikenal sebagai desa dengan tingkat ekonomi cukup baik, namun sangat disayangkan tingkat pendidikan disini sangat rendah. Karena dari jumlah 4.733 penduduk, yang buta huruf/aksara mencapai 252 orang.
Lewat Rumah Koran, alumnus Universitas Bosowa Makassar ini melakukan sosialisasi agar para petani rajin membaca dan berorganisasi.
Berbagai tantangan harus dihadapi, antara lain minimnya keinginan penduduk untuk sekolah dan tingginya angka pernikahan dini.
Namun dengan keuletannya 75 persen penduduk telah menikmati hasil kerja kerasnya, dari mulai bisa baca tulis, belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris hingga mampu mengantarkan mereka untuk lanjut sekolah, lanjut kuliah, bisa baca tulis, dan menjadi petani organik.
Perjuangan, kegigihan dan semangat Jamaluddin terbukti membuahkan hasil dan ia juga berhasil mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2017. (*)
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.