Storytelling: Seni Komunikasi yang Efektif dan Berkesan

Storytelling: Seni Komunikasi yang Efektif dan Berkesan

Ketika menghadapi sebuah wawancara, biasanya kita berpatokan pada lima unsur penting. Pertama, membuka dengan kalimat yang menarik untuk didengar. Kedua, menonjolkan kelebihan diri. Ketiga, menggunakan angka atau data untuk menarik perhatian. Keempat, setelah diterima bekerja, menyelesaikan pekerjaan sesuai target waktu yang diberikan. Kelima, berbicara dengan suara yang jelas dan lantang agar mudah dipahami.

Kelima hal di atas memang sangat penting dan sering dipraktikkan, baik oleh profesional maupun pemula saat wawancara. Namun, ada satu pendekatan lain yang bisa kita lakukan untuk memperkenalkan diri secara lebih efektif, yaitu dengan menggunakan storytelling.

Storytelling memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan, storytelling dapat memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan kelima unsur di atas. Jika kamu belum menguasai kelima unsur tersebut, storytelling bisa menjadi cara efektif untuk memikat lawan bicara. 

Lalu, bagaimana cara menggunakan storytelling dalam berkomunikasi? Ternyata, caranya cukup sederhana. Storytelling terdiri dari empat elemen penting, yaitu tema, konflik, simpati, dan solusi. Mari kita bahas lebih lanjut.

Tema 


Setiap cerita yang baik dimulai dengan tema yang menonjol. Cerita dengan tema yang kuat cenderung lebih disukai oleh pendengar atau pembaca. Kita bisa melihat contohnya dalam legenda atau dongeng klasik yang bertahan hingga kini, seperti cerita yang mengusung tema bahwa kebaikan akan selalu menang dan kejahatan akan dihukum.

Cerita yang kita sampaikan harus konsisten dengan tema yang kita pilih. Konsistensi ini penting agar cerita kita tetap logis dan tidak terkesan berlebihan.

Konflik 


Dalam setiap cerita, konflik dan klimaks adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan. Konfliklah yang membuat cerita menarik dan mampu menggugah emosi pendengar atau pembaca. Semakin kompleks konfliknya, semakin dalam pula keterlibatan emosional yang dirasakan.

Kisah Cinderella, misalnya, menjadi terkenal dan bertahan lama karena menghadirkan konflik yang mendalam. Cinta Cinderella harus menghadapi berbagai rintangan dan ujian, yang membuat cerita tersebut begitu menarik.

Simpati 


Setelah tema dan konflik terbangun, elemen berikutnya yang perlu ada dalam storytelling adalah simpati. Simpati adalah elemen yang membuat cerita lebih hidup dan menyentuh emosi pendengar atau pembaca.

Sebagai contoh, jika kita bercerita tentang kesulitan mencari makanan saat berada di luar negeri (konflik), namun makanan yang kita ceritakan adalah sesuatu yang tidak pernah dikenal oleh pendengar, maka mereka tidak akan merasa terhubung. Simpati hanya akan muncul jika cerita tersebut dapat dipahami dan dirasakan oleh pendengar atau pembaca.

Solusi 


Setiap cerita yang baik perlu ditutup dengan sebuah solusi. Solusi menjadi penyelesaian dari konflik, memberikan katarsis kepada pendengar atau pembaca, dan memberikan rasa kepuasan.

Solusi tidak selalu berupa jawaban yang pasti. Kadang, solusi bisa berupa tindakan atau sikap yang diambil oleh tokoh dalam cerita. Inilah yang membuat cerita menjadi lebih dramatis, menarik perhatian, dan membekas di benak orang yang mendengarkannya.

Selain empat elemen tersebut, ada dua tambahan yang bisa membuat storytelling lebih bermakna dan berpengaruh, yaitu plot twist dan alasan.

Plot twist membuat cerita menjadi tak terduga, menambah elemen kejutan, dan membuat pembaca atau pendengar semakin terikat dengan cerita. 

Sementara itu, alasan memberikan makna lebih dalam pada cerita, membuatnya lebih masuk akal dan bisa diterima secara logis.

Dengan memahami dan mempraktikkan elemen-elemen storytelling ini, kamu dapat mengkomunikasikan diri dengan lebih efektif dan membuat kesan yang lebih mendalam pada lawan bicara. (*)

Referensi: 


Bicara itu Ada Seninya, Oh Su Hyang (2016) Buana Ilmu Populer (Gramdia Group)

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.