Bagaimana cara menjaga komunikasi dengan pasangan? Tidak bisa dipungkiri, komunikasi adalah pilar penting penjaga keharmonisan hubungan. Baik itu dalam rumah tangga, pertunangan, atau yang masih berpacaran cinta monyet-monyetan. Komunikasi yang buruk bisa berakibat pertengkaran dan keretakan dalam hubungan jika dibiarkan.
Lalu, bagaimana sih cara menjaga komunikasi dengan pasangan untuk menjaga keharmonisan hubungan? Yuk kita bincangkan bersama.
Miskomunikasi, Peretak Hubungan antar Pasangan
Saya beberapa mendapat curhatan dari kawan. Baik yang sudah menikah ataupun masih ancang-ancang menikah. Kebanyakan datang dengan pertengkaran mereka dengan pasangan masing-masing. Mungkin mereka percaya bahwa bercerita kepada saya bisa meringankan tekanan emosi mereka. Karena, (mungkin) saya tidak akan membagikan masalah mereka dan memberi masukan dan motivasi sehingga dapat keluar dari masalah tersebut.
Sayangnya tidak, malah saya jadikan tulisan di blog ini 🫣 Tentu, saya sensor dan gunakan alias untuk tujuan privasi, ya.
Dari beragam curhatan tersebut, masalah dalam hubungan kebanyakan berawal dari komunikasi yang buruk. Bentuknya beragam, bisa berupa ketidakpekaan, tanpa sengaja diceukin, atau memang pasangan kita sedang dalam kondisi tidak stabilnya (yang saya rasa perlu kita ikhlasi dan terima, lalu kita rangkul dengan pelukan hangat).
Parahnya, kebanyakan MISKOMUNIKASI itu tidak di follow up dengan baik sehingga tertimbun dan menjadi masalah yang semakin besar. Ketika masalah itu sudah tak tertahankan lagi, maka bisa menghadirkan keretakan yang nyata dalam hubungan. Dan, merekatkannya sungguhlah sulit, tapi bukan tidak bisa.
Membangun Komunikasi dengan Rumus Sederhana
Membangun komunikasi sebenarnya cukup mudah. Rumusnya juga amat sederhana.
C = Q x P x RCommunication= Question x Praise x Reaction
Komunikasi dimulai dengan pertanyaan, dibalas dengan pujian, dan dimantapkan dengan reaksi keantusiasan. Komunikasi itu tidak akan terbangun jika tidak ada ketertarikan antar kedua pihak (pasangan). Pertanyaan berperan penting menjadi pemicu awal komunikasi.
Hal itu pada dasarnya adalah insting alamiah kita, meski dalam beberapa kesempatan perlu kita lakukan inisiasi. Karena, ketika kita memiliki perasaan atau ketertarikan, maka pertanyaan akan muncul secara alamiah dalam pikiran kita. Baik itu dalam bentuk paling sederhana seperti bertanya tentang kabar ataupun pertanyaan lain.
Contoh lain adalah obrolan di tongkrongan misalnya. Bukankah obrolan panjang di tongkrongan semuanya berawal dari sebuah pertanyaan yang kemudian berantai dengan pujian, reaksi, pertanyaan dan begitulah seterusnya hingga waktunya tiba, komunikasi harus diselesaikan dan masing-masing mulai pamit pulang.
Begitu juga ketika berkomunikasi dengan pasangan, pertanyaan muncul secara naluriah. Namun, dalam beberapa kesempatan harus kita lakukan inisiasi agar bisa terbentuk komunikasi yang baik antara pasangan. Ada kalanya laki-laki memulai komunikasi terlebih dahulu, ada kalanya pula perempuan memulai komunikasi terlebih dahulu.
Rumus 1, 2, 3 Komunikasi dengan Pasangan
Sungguh lebih mudah mengungkapkan daripada mempraktikkan, dan tak jarang pula, meski kita sudah memancing dengan sebuah pertanyaan, komunikasi masih belum terbangun baik dengan pasangan. Hal itu adalah hal yang biasa, harus kita terima, dan ambil sebagai bumbu pemanis dalam kisah panjang percintaan dua insan.
Gagalnya komunikasi meski sudah dimulai dengan pertanyaan biasanya disebabkan oleh kurangnya respon atau umpan balik dari pasangan. Hal ini secara pribadi juga kadang saya rasakan. Terlebih ketika pasangan sedang dalam masanya, di mana memang tidak bisa diganggu gugat naik turun emosi dan perasaannya.
Dicecar banyak pertanyaan bukan menghasilkan komunikasi, tapi malah menghadirkan rasa jengkel bagi pasangan kita. It's okey, it's fine, everything is well.
Lalu, haruskah kita biarkan begitu saja? Ya jangan! Cobalah menjadi pendengar yang baik dan terapkan Rumus 1, 2, 3. Sekali berbicara, dua kali mendengarkan, tiga kali memberi respon balik.
Jadi, bersabarlah, dengarkan saja keluh kesah pasanganmu. Biarkan emosinya mengalir, cukup dengarkan, beri respon jika memang dibutuhkan. Percayalah, membangun komunikasi yang baik juga perlu diimbangi dengan mendengarkan secara seksama. Apalagi tentang komunikasi dengan pasangan.
Salam hangat 🙏
Gagalnya komunikasi meski sudah dimulai dengan pertanyaan biasanya disebabkan oleh kurangnya respon atau umpan balik dari pasangan. Hal ini secara pribadi juga kadang saya rasakan. Terlebih ketika pasangan sedang dalam masanya, di mana memang tidak bisa diganggu gugat naik turun emosi dan perasaannya.
Dicecar banyak pertanyaan bukan menghasilkan komunikasi, tapi malah menghadirkan rasa jengkel bagi pasangan kita. It's okey, it's fine, everything is well.
Lalu, haruskah kita biarkan begitu saja? Ya jangan! Cobalah menjadi pendengar yang baik dan terapkan Rumus 1, 2, 3. Sekali berbicara, dua kali mendengarkan, tiga kali memberi respon balik.
Jadi, bersabarlah, dengarkan saja keluh kesah pasanganmu. Biarkan emosinya mengalir, cukup dengarkan, beri respon jika memang dibutuhkan. Percayalah, membangun komunikasi yang baik juga perlu diimbangi dengan mendengarkan secara seksama. Apalagi tentang komunikasi dengan pasangan.
Salam hangat 🙏
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.